Minggu, 29 Juli 2012

LP PENGAMBILAN SAMPEL URIN


LAPORAN PENDAHULUAN
PERASAT PENGAMBILAN SAMPEL URIN
Tn. M DENGAN DIAGNOSA SUSPECT ISK
(INFEKSI SALURAN KEMIH)
DI RUANG IRNA II A RSUD AJIBARANG










Disusun Oleh :
Nama :
NIM :


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan

B.            Tujuan
1.        Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
2.         Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine









BAB II
TINJAUAN TEORI

A.           Definisi
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.

B.            Etiologi
1.        Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.
2.        Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam.
3.        Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.
4.        Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.

C.           Jenis Sampel Urine
1.        Urine sewaktu / urine acak (random).
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2.        Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
3.        Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

D.           Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.
E.            Prosedur Pengumpulan
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urin, mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, menampung urine midstream dengan baik.
Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :
1.        Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
2.        Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
3.        Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
4.        Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.

F.            Biakan Urine
Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi dapat digunakan.
Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase.
Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.
Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap.
Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita :
1.        Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2.        Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan
3.        Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang
4.        Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
5.        Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6.        Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.
7.        Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria :
1.        Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2.        Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.
3.        Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium
Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
1.      Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70%
2.      Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit
3.      Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten)
4.      Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat.
5.      Segera dikirim ke laboratorium.

G.           Macam-macam Pemeriksaan Sampel Urin
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
1.    Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
2.    Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
3.      Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita: :
a.       Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai
b.        Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c.         Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
d.        Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
e.         Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria:
a.         Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
b.        Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c.         Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
d.        Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
e.         Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
4.         Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu:
a.    Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra.
b.    Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli.
c.    Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat.
d.   Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
5.      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
6.         Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil).
Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98%. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80% dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.
7.         Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
8.         Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.1,5 Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

H.           Prsedur Tes
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan  membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali denganrapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamatisebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.

























BAB III
TINJAUAN KASUS
Melakukan pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan laboratorium pada pasien Tn. M Umur 36 tahun dengan diagnosa  Suspect ISK ( Infeksi Saluran Kemih) di RSUD AJIBARANG.
A.      Biodata
1.    Identitas Pasien
Nama                          :    Tn. M
Umur                          :    36 tahun                 
Jenis kelamin              :    Laki-laki     
Suku bangsa               :    Jawa / indonesia     
Agama                        :    Islam
Pekerjaan                    :    Pedagang
Pendidikan                 :    Tamat SD   
Tangal MRS               :    16 Juli 2012
Diagnosa medis          :    ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Alamat                        :    Jambu Sari RT 01 / RW 09

2.    Penanggung Jawab
Nama                          :    Ny.N
Umuru                        :    27 Tahun                
Jenis kelamin              :    Perempuan 
Suku bangsa               :    Jawa / indonesia     
Agama                        :    Islam
Pekerjaan                    :    Buruh
Pendidikan                 :    Tamat SMP
Alamat                        :    Jambu Sari RT 01 / RW 09
Hubungan dg pasien   :    Kakak
3.    Alasan Datang:
Pasien datang dengan keluhan sakit pada perut bagian bawah
Keluhan utama:
Pasien mengatakan sakit pada perut bagian bawah
4.    Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada perut bagian bawah
5.    Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit ISK sebelumnya
6.    Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita penyakit susp ISK

B.       Pemeriksaan Fisik
1.    Status kesehatan umum
keadaan umum pasien tampak sedang
Tekanan Darah  :  130/80 mmHg
Nadi                  :  88 x/menit
Respirasi            :  20 x/menit
Suhu                  :  37,2o C

2.    Pola kebutuhan sehari-hari
a.         Makan
Sebelum masuk rumah sakit pasien kadang-kadang makan sehari 3 x dengan nasi dan  lauk-pauk seperti sayur tahu,tempe. Setelah masuk rumah sakit pasien makan 3 kali dalam sehari                                                       
b.         Minum
Sebelum masuk rumah sakit pasien minum air putih sebanyak 3 gelas dalam sehari. Setelah masuk rumah sakit pasien minum dengan frekuensi 6 kali perhari
3.    Eliminasi
Pasien mengatakan BAB nya 1 kali dalam sehari sedangkan BAKnya 4 kali sebelum masuk rumah sakit, setelah masuk rumah sakit  pasien BAK tidak di bantu dengan kateter
4.    Pola aktifitas dan istirahat
Sebelum pasien masuk rumah sakit pasien tidur 8-9 jam perhari, setelah masuk rumah sakit pasien hanya tidur 5-6 jam perhari dan apabila pasien sedikit melakukan aktifitas maka pasien mudah lelah.
5.    Pola merawat
a.    Mandi                    :    2 x / hari
b.    Gosok gigi             :    2 x / hari
c.    Cuci rambut           :    2 x / minggu
d.   Ganti pakaian         :    2 x / hari
e.    Kebersihan kuku    :    Pendek dan bersih
6.    Pola psikososial dan spiritual
a.         Komunikasi verbal
b.         Kemampuan bicara lancer
c.         Pasien tinggal dengan keluarga
d.        Pasien dalam menjalankan ibadahnya lancar dan rutin seperti bisanya


















BAB IV
PELAKSANAAN PERASAT

A.      PENGKAJIAN
1.      Mengkaji instruksi / pesanan medik untuk pemeriksaan diagnostik.
2.      Mengkaji intake dan pola eliminasi klien.
3.      Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan prosedur dan tujuan pemerikasaan urine.
4.      Mengkaji tujuan pengambilan sampel urine, untuk menetukan metode yang tepat dalam pengambilan sampel urine.
B.       INTERVENSI
1.      Persiapan Alat :
a.         Bokal/botol/wadah tempat sampel urine.
1)        Bokal/botol/wadah steril untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas.
2)        Bokal/botol/wadah bersih untuk pemeriksaan urine rutin atau urine lengkap.
b.        Handscoen bersih.
c.         Pot/urinal.
d.        Nierbeken/bengkok.
e.         Perlak/alas.
f.         Etiket.
g.        Formulir pemeriksaan.
h.        Menurut cara pengambilan sampel urine :
1)        Melalui kateter :
a)         Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no 21 G atau 22 G.
b)        Klem penjepit.
c)         Kapas alkohol 70%
2)        Dengan cara mid stream :
a)         Baskom berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk.
b)        Pinset steril dan kapas betadine.
2.         Persiapan Klien
Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya pengambilan sampel urine.

C.      IMPLEMENTASI
1.      Menutup sampiran
2.      Mencuci tangan.
3.      Memakai handscoen bersih.
4.      Melakukan pengambilan sampel urine :
a.        Melalui Kateter :
1)        Mengklem selang urine bag selama kurang lebih 30 menit.
2)        Meletakkan perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan urine.
3)        Melakukan pengambilan urine :
a)        Kateter dengan port :
·           Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%.
·           Menusukkan jarum dengan sudut 90° pada port.
·           Melakukan aspirasi urine sebanyak ± 3 – 5 cc untuk pemeriksaan kultur urine, atau ± 10 – 20 cc untuk pemeriksaan urine lengkap.
·           Memindahkan urine dari spuit kedalam bokal/botol steril.
b)        Kateter tanpa port :
·           Membuka tutup bokal/botol urine dan meletakkannya diatas perlak/pengalas.
·           Mendesinfeksi sambungan kateter – selang  urine bag dengan kapas alkohol 70%.
·           Membuka sambungan tersebut dengan hati-hati, pegang selang diatas sambungan ± 5 c, jaga jarak agar tidak terkontaminasi.
·           Memasukkan urine kedalam bokal/botol urine (jangan sampai bersentuhan dengan ujung kateter).
·           Mendesinfeksi selang kateter dengan kapas alkohol 70% kemudian sambungkan kembali urine bag dengan kateter.
4)        Membuka klem penjepit

b.      Dengan Cara Mid Stream :
1)      Meletakkan perlak/pengalas dibawah bokong klien, lepaskan pakaian bawah klien dan atur posisi yang sama seperti saat membersihkan vulva/perineum (bila klien harus dibantu).
2)      Membersihkan daerah perineum dan alat genitalia dengan menggunakan air hangat + sabun dan washlap, kemudian keringkan dengan handuk.
3)      Membersihkan daerah meatus urethra eksternus dengan menggunakan kapas betadine dan pinset steril.
4)      Menganjurkan kepada klien untuk berkemih dan tampung urine yang pertama keluar dalam pot/urinal, kemudian tampung urine yang keluar selanjutnya kedalam bokal/botol urine sampai 10 – 20 cc dan anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya kedalam pot/urinal.
5.         Menempatkan bokal/botol urine ditempat yang aman, setelah urine untuk pemeriksaan ditampung.
6.         Menutup bokal/botol urine.
7.         Merapihkan klien dan alat.
8.         Melepaskan handscoen.
9.         Menempelkan etiket pemeriksaan urine pada bokal/botol urine, dan buatkan formulir pemeriksaannya.
10.     Membuat formulir pmerikasaan.
11.     Membawa sampel urine beserta formulir pemeriksaannya ke laboratorium.

D.      EVALUASI
1.         Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil test
2.         Mengevaluasi respon klien selama pelaksanaan prosedur.
3.         Mengobservasi karakteristik urine : warna, kepekatan dan bau.

E.       DOKUMENTASI
1.         Mencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi urine.
2.         Mencatat waktu dan cara pengambilan sampel urine.
3.         Mencatat respon klien selama prosedur.


























BAB V
PEMBAHASAN
(Kesenjangan Antara Teori dan Pelaksanaan)

Dalam pelaksanaan perasat pengambilan urin untuk pemeriksaan laboratorium pada Tn. M dengan diagnose  Suspect ISK (Infeksi Saluran Kemih) tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik, tindakan dilakukan sesuai prosedur dan pasien merasa nyaman.
























BAB VI
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

B.       Saran
1.         Tenaga kesehatan:
Selalu melakukan tindakan dengan benar sesuia prosedur dan menjaga privasi pasien serta lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien.
2.         Pasien:
Bekerjasama agar lebih mudah dalam melakukan tindakan.
3.         Mahasiswa:
Mampu melakukan perasat dengan benar agar tidak terjadi kesalahan













DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Jakarta, Depkes

Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta,
         EGC



























LEMBAR PENGESAHAN
Ajibarang, 20  Juli 2012
Mahasiswa Praktikum


NIM :

Mengetahui,
Pembimbing KDPK                                                                    Pembimbing Lahan

RENI SUMANTI, S.SiT                                                     FAJAR R, S.Kep. Ns