Minggu, 18 November 2012

TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS, FRAKTUR KLAVIKULA DAN HUMERUS


MAKALAH NEONATUS
TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS, FRAKTUR KLAVIKULA DAN HUMERUS











PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala, dan cara penanganan trauma pada fleksus brachialis?
2.         Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan fraktur clavikula?
3.         Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan fraktur humerus?

C.       Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan pada trauma fleksus brachialis
2.         Untuk mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan pada fraktur clavikula
3.         Untuk mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan pada fraktur humerus

BAB II
PEMBAHASAN

1.        Trauma Pada Fleksus Brachialis
a.         Pengertian
Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
b.         Etiologi
1)        Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan pada presentasi kepala.
2)         Apabila lengan ekstensi melewati kepala dan presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.
c.         Gejala
1)        Gangguan motorik lengan atas.
2)        Lengan atas dalam kedudukan ekstensi dan abduksi.
3)        Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung.
4)        Refleks moro negative
5)        Hipertensi dan fleksi pada jari-jari
6)        Refleks meraih dengan tangan tadi ada
7)        Paralisis dari lengan atas dan bawah.
d.         Penatalaksanaan
a)        Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai dengan mencegah terjadinya kontraktor.
b)        Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya
Caranya :
Letakkan tangan bayi yang lumpuh di samping kepalanya yaitu dengan
memasang verband pada pergelangan tangan bayi.







e.    Contoh gambar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMOEj0FtOfAC2YU0SRTIbzXfvgqopLB4a7WOX_n-mwUkcyDBk-qnDk5ks5Y8QPttlIq05dDv4BsR_gNW6jQ1Tf6JePE_uNVWICXL-9-KubjIJPB_KLwea75gPZqoZIGJBHtWgkbJefJfQS/s320/erb.jpg

f.         Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :
1.      Paralisis Erb-Duchene
a.          Pengertian
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal.
b.         Etiologi
Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
c.          Penatalaksanan
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
2.      Paralisis Klumpke
a.         Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
b.         Etiologi
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom
horner yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.
c.         Penatalaksanaan
Trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
3.      Paralisis Nervus Frenikus
a.         Pengertian
Trauma lahir saraf frenikus terjadi akibat kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brakialis.
b.         Etiologi
Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanan. Pada pemeriksaan fluoroskopi, disamping terlihat diafragma yang sakit lebih tinggi dari yang sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau seesawmovements pada kedua hemidiafragma. Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirasi diafragma yang sehat bergerak ke bawah, sedang diafragma yang sakit bergerak ke atas, gambaran sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi. Pada pemeriksaan fluoroskopi terlihat mediastinum bergeser ke posisi normal pada waktu inspirasi.
c.         Penatalaksanan
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum bayi. Bayi diletakkan miring ke bagian yang sakit, disamping diberikan terapi O2. Pemberian cairan Intra Vena pada hari-hari pertama dapat dipertimbangkan bila keadaan bayi kurang baik atau dikhawatirkan terjadinya asidosis. Jika keadaan umum telah membaik, pemberian minum per oral dapat dipertimbangkan. Pada kasus demikian perlu pengawasan cermat kemungkinan pneumonia hipostatik akibat gangguan fungsi diafragma pada bagian yang sakit. Pemberian antibiotik sangat dianjurkan bila gangguan pernafasan terlihat berat atau kelumpuhan saraf frenikus bersifat bilateral, maka dapat dipertimbangkan penggunaan ventilator. Penggunaan pacu elektrik diafragma dapat digunakan dianjurkan bila sarana memungkinkan serta kontraksi otot diafragma cukup baik. Tindakan bedah dapat dilakukan bila saat nafas sangat berat atau sesak nafas bertambah berat walaupun telah dilakukan pengobatan konservatif yang memadai. Walupun bayi tidak menunjukkan gejala sesak berat tetapi pada pemeriksaan radiologi, 3 – 4 bulan kemudian fungsi hemidiafragma yang sakit tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, maka perlu dipikirkan terhadap kemungkinan tindakan bedah
4.      Kerusakan Medulla Spinalis
Gejala tergantung bagian mana dari medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan berkonsutasi pada bagian Neurologi.
5.      Paralisis Pita Suara
Terjadi kerusakan pada cabang lain n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau hiperekstensi yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan penanganan khusus seperti trakeostomi.
2.        Fraktur Clavikula
a.         Pengertian
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas
b.         Penyebab/ faktor predisposisi
1)        Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama
2)        Bayi yang berukuran proses melahirkan. besar
3)        Kecelakaan
4)        Distosia bahu
5)        Kompresi pada bahu
6)        Partus dengan letak dalam jangka waktu sungsang lama
7)        Proses patologik
8)        Persalinan traumatic
c.         Tanda / Gejala
1)        Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan.
2)         Bayi rewel karena kesakitan.
3)        Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di tempat yang sakit/fraktur.
4)        Tidak adanya refleks moro pada yang terkena
d.        Penatalaksanaan
1)        Jangan banyak digerakkan
2)        Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.
3)        Rawat bayi dengan hati-hati.
4)        Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).
5)        Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan lainnya.
e.         Jenis-jenis
Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini ditemukan 1 – 2 minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.
1.        Gejala Klinis
a)        Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama
b)        Refleks moro asimotris
c)        Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula
d)       Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
2.        Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula
a)        Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembentukan kalus.
b)        Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi pergelangan siku 900.
c)        Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukan kalus telah terjadi.

3.        Fraktur Humerus
a.         Pengertian
                 Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
b.         Penyebab
a)        Umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit keatas
b)        Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur
c.         Gejala
a)        Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
b)        Refleks moro asimetris
c)        Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
d)       Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif.Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
d.        Penanganan
a)        Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari serta control nyeri
b)        Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik.
c)        Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
e.         Contoh gambar
patah tulang humerus.jpg                   images.jpg







BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Trauma Pada Fleksus Brachialis adalah Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
Fraktur Clavikula adalah Patahnya tulang clavikula pada saat proses persalinan biasanya kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada presentasi bokong, begitupun humerus.
Fraktur Humerus adalah Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
B.       Saran
Sebaiknya seorang bidan dalam memberikan asuhan neonatus dengan jejas persalinan sesuai dengan prosedur, sehingga dapat menghindari terjadinya jejas yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan.












DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian NL.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Medika Salemba
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.