LAPORAN PENDAHULUAN
PERASAT
PENGAMBILAN SAMPEL URIN
Tn.
M DENGAN DIAGNOSA SUSPECT
ISK
(INFEKSI
SALURAN KEMIH)
DI RUANG IRNA II A RSUD AJIBARANG
Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Urinalisis
yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,
perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter
pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah
genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang
bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk
memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara
acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun
urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang
terbentuk mengalami pemekatan
B.
Tujuan
1.
Mengambil
sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau test
diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
2.
Mengetahui
adanya mikroorganisme dalam urine
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Pemeriksaan
urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit
dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan
pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin
pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
Hasil
pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan
saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati,
saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang
akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine,
tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur
yang benar.
B.
Etiologi
1.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium,
karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang
biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.
2.
Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam.
3.
Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru.
4.
Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus
disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.
C.
Jenis Sampel Urine
1.
Urine sewaktu / urine acak (random).
Urine
sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung
sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel
ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2.
Urine pagi
Pengumpulan
sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan
cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
3.
Urine tampung 24 jam
Urine
tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb.
Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya
dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
D.
Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya
terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung
10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih,
kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang
terdapat dalam urine.
E.
Prosedur Pengumpulan
Pengambilan
spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen
urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana
aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah
yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.
Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar
uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
Sebelum dan
sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien
juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang
haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.
Pasien yang
tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau
perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan
sampel urin, mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan
sampel, menampung urine midstream dengan baik.
Untuk pasien
anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada
pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi
tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya
pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung
kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan
menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari
kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan
alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml.
Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke
laboratorium.
Untuk
mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan
sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :
1.
Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi
pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode
selanjutnya ditampung.
2.
Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus
dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi
feses pada sampel urin wanita.
3.
Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang
tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
4.
Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode
pengumpulan.
F.
Biakan Urine
Spesimen
urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar,
tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat
menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman.
Namun, bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau
urine pagi dapat digunakan.
Sampel urine
yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan
sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita
dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai
persyaratan. Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang
dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini
biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine,
pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan
gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah
yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk
orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan
yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem
drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan
hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari
kantung drainase.
Bila tidak
memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi
dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang
paling baik.
Spesimen
yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai
tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap.
Cara pengambilan sampel urine clean-catch
pada pasien wanita :
1.
Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun
lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2.
Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu
tangan
3.
Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril
dengan arah dari depan ke belakang
4.
Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa
steril yang lain.
5.
Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap
terbuka dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6.
Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang.
Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine
tidak membasahi bagian luar wadah.
7.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
Cara
pengambilan urine clean-catch pada pasien pria :
1.
Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun
lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2.
Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang.
Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
3.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium
Aspirasi
jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel
urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan
pada kandung kemih yang penuh.
1.
Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan
Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70%
2.
Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan
menggunakan spuit
3.
Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara
aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten)
4.
Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup
rapat.
5.
Segera dikirim ke laboratorium.
G.
Macam-macam Pemeriksaan Sampel Urin
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic
puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin
yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah
bermulut lebar dan steril.
1.
Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut
dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah
tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal
pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila
keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
2.
Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan
semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah
kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat
penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di
dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter
sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
3.
Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan
urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak
menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi
akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik
untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur false-negative.
Cara
pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita: :
a.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk
membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik
untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai
b.
Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan
daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah
pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
c.
Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang
dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama
pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia
menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah
tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai
ke tempat sampah.
d.
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah
berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung
aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga
atau setengah wadah terisi.
e.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat
dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas
penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara
pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria:
a.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk
membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan
dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan
daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihan selesai.
b.
Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan
bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
c.
Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau
salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat
sampah.
d.
Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah
berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang
keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai
setengahnya.
e.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat
dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas
penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
4.
Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin
empat porsi yaitu:
a.
Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan
kondisi uretra.
b.
Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan
kondisi buli-buli.
c.
Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah
masase prostat.
d.
Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
5.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua
parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya
seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein,
keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
6.
Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu
alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk
mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu
enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil).
Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan
bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym
nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil
false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah
nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua
pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98%.
Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80% dan negative
predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan
dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil
menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.
7.
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan
jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna
adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung
kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan
satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan
kultur.
8.
Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant
bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK.
Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan
bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh
koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra.
Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi
belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin
yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi
pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.1,5 Perlu
diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis
bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi.
H.
Prsedur Tes
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah.
Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan
kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan
meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna
diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan,
yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu
reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca
terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan
dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil
kesalahan dalam pembacaan secara visual. Pemakaian reagen strip haruslah
dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan
batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis
mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali
denganrapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap
strip harus diamatisebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan
warna.
BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS
Melakukan pengambilan sampel urin untuk
pemeriksaan laboratorium pada pasien Tn. M Umur 36 tahun dengan diagnosa Suspect ISK ( Infeksi Saluran Kemih) di RSUD
AJIBARANG.
A.
Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa / indonesia
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa / indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : Tamat SD
Tangal MRS : 16 Juli 2012
Diagnosa medis : ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Alamat : Jambu Sari RT 01 / RW 09
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny.N
Umuru : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa / indonesia
Agama : Islam
Umuru : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa / indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : Tamat SMP
Alamat : Jambu Sari RT 01 / RW 09
Hubungan dg pasien : Kakak
3. Alasan Datang:
Pasien datang dengan
keluhan sakit pada perut bagian bawah
Keluhan utama:
Pasien mengatakan sakit
pada perut bagian bawah
4. Riwayat kesehatan
sekarang
Pasien datang dengan
keluhan sakit pada perut bagian bawah
5. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak
pernah memiliki penyakit ISK sebelumnya
6. Riwayat kesehatan
keluarga
Keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita penyakit susp
ISK
B.
Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
keadaan umum pasien
tampak sedang
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,2o C
2. Pola kebutuhan
sehari-hari
a.
Makan
Sebelum masuk rumah sakit pasien kadang-kadang makan sehari 3 x dengan nasi dan lauk-pauk seperti sayur tahu,tempe. Setelah masuk rumah sakit pasien makan 3 kali dalam sehari
Sebelum masuk rumah sakit pasien kadang-kadang makan sehari 3 x dengan nasi dan lauk-pauk seperti sayur tahu,tempe. Setelah masuk rumah sakit pasien makan 3 kali dalam sehari
b.
Minum
Sebelum masuk rumah sakit pasien minum air putih sebanyak 3 gelas dalam sehari. Setelah masuk rumah sakit pasien minum dengan frekuensi 6 kali perhari
Sebelum masuk rumah sakit pasien minum air putih sebanyak 3 gelas dalam sehari. Setelah masuk rumah sakit pasien minum dengan frekuensi 6 kali perhari
3. Eliminasi
Pasien mengatakan BAB
nya 1 kali dalam sehari sedangkan BAKnya 4 kali sebelum masuk rumah sakit,
setelah masuk rumah sakit pasien BAK
tidak di bantu dengan kateter
4. Pola aktifitas dan
istirahat
Sebelum pasien masuk
rumah sakit pasien tidur 8-9 jam perhari, setelah masuk rumah sakit pasien
hanya tidur 5-6 jam perhari dan apabila pasien sedikit melakukan aktifitas maka
pasien mudah lelah.
5. Pola merawat
a. Mandi : 2 x / hari
b. Gosok gigi : 2
x / hari
c. Cuci rambut : 2
x / minggu
d. Ganti pakaian : 2
x / hari
e. Kebersihan kuku : Pendek
dan bersih
6. Pola psikososial dan
spiritual
a.
Komunikasi verbal
b.
Kemampuan bicara lancer
c.
Pasien tinggal dengan keluarga
d.
Pasien dalam menjalankan ibadahnya lancar dan rutin seperti
bisanya
BAB IV
PELAKSANAAN PERASAT
A. PENGKAJIAN
1.
Mengkaji instruksi / pesanan medik untuk pemeriksaan
diagnostik.
2.
Mengkaji intake dan pola eliminasi klien.
3.
Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan prosedur dan
tujuan pemerikasaan urine.
4.
Mengkaji
tujuan pengambilan sampel urine, untuk menetukan metode yang tepat dalam
pengambilan sampel urine.
B. INTERVENSI
1. Persiapan Alat :
a.
Bokal/botol/wadah
tempat sampel urine.
1)
Bokal/botol/wadah
steril untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas.
2)
Bokal/botol/wadah
bersih untuk pemeriksaan urine rutin atau urine lengkap.
b.
Handscoen
bersih.
c.
Pot/urinal.
d.
Nierbeken/bengkok.
e.
Perlak/alas.
f.
Etiket.
g.
Formulir
pemeriksaan.
h.
Menurut cara
pengambilan sampel urine :
1)
Melalui
kateter :
a)
Spuit 10 cc
bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no 21 G atau 22 G.
b)
Klem
penjepit.
c)
Kapas
alkohol 70%
2)
Dengan cara mid
stream :
a)
Baskom
berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk.
b)
Pinset
steril dan kapas betadine.
2.
Persiapan
Klien
Menjelaskan
prosedur dan tujuan dilakukannya pengambilan sampel urine.
C. IMPLEMENTASI
1. Menutup sampiran
2. Mencuci tangan.
3. Memakai handscoen bersih.
4. Melakukan pengambilan sampel urine :
a.
Melalui Kateter
:
1)
Mengklem selang
urine bag selama kurang lebih 30 menit.
2)
Meletakkan
perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan urine.
3)
Melakukan
pengambilan urine :
a)
Kateter dengan port
:
·
Mendesinfeksi
lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%.
·
Menusukkan
jarum dengan sudut 90° pada port.
·
Melakukan aspirasi
urine sebanyak ± 3 – 5 cc untuk pemeriksaan kultur urine, atau ± 10 – 20 cc
untuk pemeriksaan urine lengkap.
·
Memindahkan
urine dari spuit kedalam bokal/botol steril.
b)
Kateter tanpa port
:
·
Membuka tutup
bokal/botol urine dan meletakkannya diatas perlak/pengalas.
·
Mendesinfeksi
sambungan kateter – selang urine bag dengan kapas alkohol 70%.
·
Membuka
sambungan tersebut dengan hati-hati, pegang selang diatas sambungan ± 5 c, jaga
jarak agar tidak terkontaminasi.
·
Memasukkan
urine kedalam bokal/botol urine (jangan sampai bersentuhan dengan ujung
kateter).
·
Mendesinfeksi
selang kateter dengan kapas alkohol 70% kemudian sambungkan kembali urine bag
dengan kateter.
4)
Membuka klem
penjepit
b.
Dengan Cara Mid
Stream :
1)
Meletakkan
perlak/pengalas dibawah bokong klien, lepaskan pakaian bawah klien dan atur
posisi yang sama seperti saat membersihkan vulva/perineum (bila klien harus
dibantu).
2)
Membersihkan
daerah perineum dan alat genitalia dengan menggunakan air hangat + sabun dan
washlap, kemudian keringkan dengan handuk.
3)
Membersihkan
daerah meatus urethra eksternus dengan menggunakan kapas betadine
dan pinset steril.
4)
Menganjurkan
kepada klien untuk berkemih dan tampung urine yang pertama keluar dalam
pot/urinal, kemudian tampung urine yang keluar selanjutnya kedalam bokal/botol
urine sampai 10 – 20 cc dan anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya
kedalam pot/urinal.
5.
Menempatkan
bokal/botol urine ditempat yang aman, setelah urine untuk pemeriksaan
ditampung.
6.
Menutup
bokal/botol urine.
7.
Merapihkan
klien dan alat.
8.
Melepaskan
handscoen.
9.
Menempelkan
etiket pemeriksaan urine pada bokal/botol urine, dan buatkan formulir pemeriksaannya.
10. Membuat formulir pmerikasaan.
11. Membawa sampel urine beserta formulir pemeriksaannya ke laboratorium.
D. EVALUASI
1.
Mengevaluasi
hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil test
2.
Mengevaluasi
respon klien selama pelaksanaan prosedur.
3.
Mengobservasi
karakteristik urine : warna, kepekatan dan bau.
E. DOKUMENTASI
1.
Mencatat
jumlah, warna, bau dan
konsistensi urine.
2.
Mencatat
waktu dan cara pengambilan
sampel urine.
3.
Mencatat
respon klien selama prosedur.
BAB V
PEMBAHASAN
(Kesenjangan Antara Teori dan Pelaksanaan)
Dalam pelaksanaan perasat pengambilan urin untuk
pemeriksaan laboratorium pada Tn. M dengan diagnose Suspect
ISK (Infeksi
Saluran Kemih)
tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik, tindakan dilakukan sesuai prosedur
dan pasien merasa nyaman.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin
pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
B. Saran
1.
Tenaga kesehatan:
Selalu melakukan
tindakan dengan benar sesuia prosedur dan menjaga privasi pasien serta lebih
mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien.
2.
Pasien:
Bekerjasama agar lebih
mudah dalam melakukan tindakan.
3.
Mahasiswa:
Mampu melakukan perasat
dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas, Jakarta, Depkes
Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih
Bahasa: Adji Dharma, Jakarta,
EGC
LEMBAR PENGESAHAN
Ajibarang, 20 Juli 2012
Mahasiswa Praktikum
NIM :
Mengetahui,
Pembimbing KDPK
Pembimbing Lahan
RENI SUMANTI,
S.SiT FAJAR R, S.Kep. Ns