MAKALAH NEONATUS
TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS, FRAKTUR KLAVIKULA DAN HUMERUS
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan
sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal,
tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap
tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ
dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel
darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat
penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang
bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah,
sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala, dan cara penanganan trauma
pada fleksus brachialis?
2.
Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan
fraktur clavikula?
3.
Bagaimanakah pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan
fraktur humerus?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan pada trauma fleksus
brachialis
2.
Untuk mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan
pada fraktur clavikula
3.
Untuk mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan cara penanganan
pada fraktur humerus
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Trauma Pada Fleksus Brachialis
a.
Pengertian
Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
b.
Etiologi
1)
Tarikan lateral
pada kepala dan leher pada waktu melahirkan pada presentasi kepala.
2)
Apabila lengan ekstensi melewati kepala dan
presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.
c.
Gejala
1)
Gangguan
motorik lengan atas.
2)
Lengan atas
dalam kedudukan ekstensi dan abduksi.
3)
Jika anak
diangkat maka lengan akan lemas tergantung.
4)
Refleks moro
negative
5)
Hipertensi dan
fleksi pada jari-jari
6)
Refleks meraih
dengan tangan tadi ada
7)
Paralisis dari
lengan atas dan bawah.
d.
Penatalaksanaan
a)
Immobilisasi
parsial dan penempatan lengan yang sesuai dengan mencegah terjadinya
kontraktor.
b)
Beri penguat
atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya
Caranya :
Letakkan tangan bayi yang lumpuh di samping
kepalanya yaitu dengan
memasang verband pada pergelangan tangan bayi.
e.
Contoh gambar
f.
Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni
:
1.
Paralisis Erb-Duchene
a.
Pengertian
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan
kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan
keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi
abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke
dorsal.
b.
Etiologi
Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula
serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma. Pada trauma
yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf,
fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi
kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Secara klinis di samping gejala
kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
c.
Penatalaksanan
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat
penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain
seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan
imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti
program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi
lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik
kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai
eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
2.
Paralisis Klumpke
a.
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1
pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan,
maka bayi tidak dapat mengepal.
b.
Etiologi
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher
pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak
sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom horner yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom horner yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.
c.
Penatalaksanaan
Trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan
memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi
netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
3.
Paralisis Nervus Frenikus
a.
Pengertian
Trauma lahir saraf frenikus terjadi akibat
kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam
pleksus brakialis.
b.
Etiologi
Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga pada
gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang sakit serta
pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanan. Pada pemeriksaan
fluoroskopi, disamping terlihat diafragma yang sakit lebih tinggi dari yang
sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau seesawmovements pada kedua
hemidiafragma. Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirasi diafragma yang
sehat bergerak ke bawah, sedang diafragma yang sakit bergerak ke atas, gambaran
sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi. Pada pemeriksaan fluoroskopi terlihat
mediastinum bergeser ke posisi normal pada waktu inspirasi.
c.
Penatalaksanan
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum bayi. Bayi diletakkan
miring ke bagian yang sakit, disamping diberikan terapi O2. Pemberian cairan
Intra Vena pada hari-hari pertama dapat dipertimbangkan bila keadaan bayi
kurang baik atau dikhawatirkan terjadinya asidosis. Jika keadaan umum telah
membaik, pemberian minum per oral dapat dipertimbangkan. Pada kasus demikian
perlu pengawasan cermat kemungkinan pneumonia hipostatik akibat gangguan fungsi
diafragma pada bagian yang sakit. Pemberian antibiotik sangat dianjurkan bila
gangguan pernafasan terlihat berat atau kelumpuhan saraf frenikus bersifat
bilateral, maka dapat dipertimbangkan penggunaan ventilator. Penggunaan pacu
elektrik diafragma dapat digunakan dianjurkan bila sarana memungkinkan serta
kontraksi otot diafragma cukup baik. Tindakan bedah dapat dilakukan bila saat
nafas sangat berat atau sesak nafas bertambah berat walaupun telah dilakukan
pengobatan konservatif yang memadai. Walupun bayi tidak menunjukkan gejala
sesak berat tetapi pada pemeriksaan radiologi, 3 – 4 bulan kemudian fungsi
hemidiafragma yang sakit tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, maka perlu
dipikirkan terhadap kemungkinan tindakan bedah
4.
Kerusakan Medulla Spinalis
Gejala tergantung
bagian mana dari medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan,
kelumpuhan kedua tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak
sungsang, presentasi muka dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan
tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan
berkonsutasi pada bagian Neurologi.
5.
Paralisis Pita Suara
Terjadi kerusakan pada
cabang lain n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi,
atau sindroma gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau
hiperekstensi yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini
dapat menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan
penanganan khusus seperti trakeostomi.
2.
Fraktur
Clavikula
a.
Pengertian
Fraktur tulang
klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran
letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering
pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir
letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas
b.
Penyebab/ faktor
predisposisi
1)
Tekanan pada
bahu oleh simphisis pubis selama
2)
Bayi yang
berukuran proses melahirkan. besar
3)
Kecelakaan
4)
Distosia bahu
5)
Kompresi pada
bahu
6)
Partus dengan
letak dalam jangka waktu sungsang lama
7)
Proses
patologik
8)
Persalinan
traumatic
c.
Tanda / Gejala
1)
Bayi tidak
dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan.
2)
Bayi rewel karena kesakitan.
3)
Adanya
krepitasi dan perubahan warna kulit di tempat yang sakit/fraktur.
4)
Tidak adanya
refleks moro pada yang terkena
d.
Penatalaksanaan
1)
Jangan banyak
digerakkan
2)
Immobilisasi
lengan dan bahu pada sisi yang sakit.
3)
Rawat bayi
dengan hati-hati.
4)
Nutrisi yang
adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan ibu cara pemberian
ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).
5)
Rujuk ke RS/
Pelayanan kesehatan lainnya.
e.
Jenis-jenis
Jenis
fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick, walaupun
kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini ditemukan 1 –
2 minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.
1.
Gejala
Klinis
a)
Gerakan
tangan kanan-kiri tidak sama
b)
Refleks
moro asimotris
c)
Bayi
menangis pada perabaan tulang klavikula
d)
Gerakan
pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
2.
Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula
a)
Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembentukan
kalus.
b)
Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi
pergelangan siku 900.
c)
Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukan
kalus telah terjadi.
3.
Fraktur Humerus
a.
Pengertian
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam
melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan
lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak
dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
b.
Penyebab
a)
Umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit
keatas
b)
Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya
tulang humerus yang fraktur
c.
Gejala
a)
Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
b)
Refleks moro asimetris
c)
Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
d) Terjadinya tangisan
bayi pada gerakan pasif.Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti
ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
d.
Penanganan
a)
Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10
sampai 14 hari serta control nyeri
b)
Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang
tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik.
c)
Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang
fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
e.
Contoh gambar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma Pada
Fleksus Brachialis adalah Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
Fraktur Clavikula adalah Patahnya tulang clavikula pada
saat proses persalinan biasanya kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala dan
melahirkan lengan pada presentasi bokong, begitupun humerus.
Fraktur Humerus adalah Fraktur
humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan
membumbung ke atas. Pada keadaan ini
biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi
tersebut menghilang.
B. Saran
Sebaiknya seorang bidan dalam memberikan asuhan neonatus dengan jejas
persalinan sesuai dengan prosedur, sehingga dapat menghindari terjadinya jejas yang
dialami bayi selama kelahiran dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian NL.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta:
Medika Salemba
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar